Tuesday, February 19, 2019

KERAJINAN TAS RAJUT


Kabupaten Sragen memiliki sekian banyak kekhasan. Dari batik, kuliner, fosil manusia purba, sampai tradisi dan budaya. Di Seblabur Rt 25, Blimbing, kecamatan Sambirejo, ada satu produk unggulan dan khas karya putri Sukowati yakni Tas Rajut. Dikatakan Tas Rajut, karena proses pembuatan dengan dirajut secara manual menggunakan tangan (handmade). Hal inilah yang membuat Tas Rajut ini menjadi unik,  khas dan elegant.
Tas Rajut Lotus, mulai berdiri sejak tahun 2014. Tepatnya pada tanggal 12 Februari, ditandai dengan launching tempat usaha Lotus Griya Rajut. Sejak saat itu, sedikit demi sedikit masyarakat mulai mengenal produk Tas Rajut ini.
Penuturan pemilik Lotus Griya Rajut, Tunjung Palupi, tidak hanya tas rajut yang diproduksi, akan tetapi ada beberapa produk unggulan. Antara lain, dompet rajut, sepatu rajut anak dan dewasa, beany rajut karakter, bandana dan beberapa aksesoris.

Thursday, February 14, 2019

TENUN GOYOR ASLI KALIJAMBE SRAGEN


SRAGEN - Tenun Goyor Toldem (nyantol langsung adem), menjadi salah satu kebanggaan Kabupaten Sragen, dan telah menjadi pendongkrak ekonomi bagi masyarakat dk. Wonosari, Sambirembe, Kalijambe, Sragen. Goyor Kalijambe ini merupakan usaha turun menurun warga setempat sejak tahun 60'an, sehingga mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pengrajin tenun goyor.
Nama Goyor sendiri dalam bahasa Jawa diartikan sebagai lembek. Hal ini sesuai dengan karakteristik Sarung Goyor dari Sragen yang jatuh dan tidak kaku ketika digunakan.
Mengapa Toldem?
Karena Goyor yang diproduksi pengrajin goyor Kalijambe ini langsung adem saat digunakan (Nyantol langsung Adem). Selain itu, keunikan lainnya yakni bahan yang digunakan dapat menyesuaikan musim. Jadi, jika dipakai waktu panas dapat mendinginkan pemakainya. Kebalikannya, saat dipakai waktu dingin goyor ini bisa menghangatkan.
Tenun Goyor dari Sragen ini sudah banyak peminatnya, karena selain memiliki corak yang sebagian besar merupakan garis zigzag yang dikombinasi penambahan ornamen titik dan bunga juga adanya permainan warna yang beragam. Selain itu juga membuat nyaman pemakainya karena bahannya yang berkualitas.
Uniknya, selain digunakan sebagai sarung, tenun goyor sragen juga dapat digunakan untuk pakaian/seragam. Pakaian tenun goyor inilah yang menjadi salah satu Produk Inovasi dari tenun goyor Sragen, tujuannya agar lebih banyak pemakainya.
Adalah Darmono, salah satu pemilik usaha tenun Goyor “Margo Lawe” dari Dk. Wonosari RT 05/RW 01, Sambirembe, Kalijambe.
Darmono mengungkapkan usaha tenunnya berdiri sejak tahun 2012, dengan jumlah pengrajin goyor sebanyak 60 orang dan mampu memproduksi goyor hingga 20-50 potong kain tenun goyor dalam seminggu.
Untuk harga dari kain goyor menyesuaikan tingkat kerumitan dan waktu pengerjaannya, biasaya Darmono mematok harga mulai dari Rp. 250.000,- (per potong) hingga Rp. 800.000,- (per potong).
Para pengrajin tenun goyor Sragen berharap kedepannya, Goyor Sragen lebih dikenal di masyarakat baik dalam negeri maupun luar negeri. 
Sumber : sragenkab.go.id

Wednesday, February 13, 2019

JUAL BATIK KHAS SRAGEN


Akhir-akhir ini beberapa perajin mulai mencoba menciptakan motif baru yang isinya merekam aktivitas keseharian masyarakat. Guratan Motif Batik Sragen ini cenderung makna secara tegas. Selain itu warna-warna batik Sragen juga lebih bervariatif. Tidak cuma warna gelap sogan, tapi juga warna-warna cerah seperti hijau, merah, pink, biru, ungu.
Batik Sragen juga dikenal dengan batik gaya lawasan. Maksudnya membuat batik menjadi seolah-olah berumur puluhan tahun atau ratusan tahun, terkesan kuno dan antik. Ini mirip teknik retro di bidang mebel, memproduksi barang dari bahan baku yang berumur muda dibuat dan difinishing sedemikian rupa hingga seolah-olah antik.

Sumber : batikindonesia.com

KERAJINAN SEPATU ASAL TANON



TANON - Usaha pembuatan sepatu yang beralamat di Matuk RT 14/6 Padas, Tanon, Sragen ini memang terletak jauh di sebelah utara pusat pemerintahan Kabupaten Sragen. Namun, Sepatu Cardola sudah tersebar di toko-toko sepatu di Karesidenan Surakarta, hingga merambah ke pulau Sumatra dan Sulawesi. Distribusi sepatu yang begitu masif ke berbagai daerah dipengaruhi oleh pengalaman pemiliknya, Suparno.

  
Pengalamanya dulu mempelajari pemasaran penjualan sepatu saat masih bekerja di suatu pabrik sepatu di daerah Semarang, setelah mengetahui seluk beluk pemasaran sepatu, Suparno memberanikan diri untuk pulang ke kampung halamannya untuk membuat sepatu dan memasarkannya sendiri. Saat berdiri pada tahun 1992-an, Sepatu Cardola masih dibantu oleh dua orang tukang sepatu.

Sumber : www.sragenkab.go.id